Tubuh Ternyata Bisa Melepaskan Penyakit Secara Alami

Jangan sampai kurang gerak ya malenials

Aktivitas sehari-hari yang padat dan kerap melelahkan membuat tubuh dan pikiran menjadi stres, kalau sudah begitu banyak cara dilakukan untuk menghilangkan stres mulai dari hal sederhana seperti mandi air panas atau berolahraga. Tapi tahukah Kamu kalau tubuh memiliki cara sendiri untuk melepaskan penyakit stres?

Sebuah tinjauan ilmiah menyebutkan, stres mungkin sama bahayanya seperti perokok pasif. Selain itu, kondisi di tengah masyarakat banyak menghadirkan cerita yang membuat sebagian masyarakat merasa tegang dan dilanda stres.

Adalah TRE atau Trauma Releasing Exercises, sebuah teknik sederhana melepaskan stres dan ketegangan pada tubuh dengan metode membiarkan tubuh bergetar. TRE diciptakan oleh Dr David Berceli, Ph D yang sudah puluhan tahun menggunakan TRE untuk menangani korban trauma di Beirut, Tragedi 9/11, badai katrina dan peristiwa lainnya.



Menurut praktisi TRE Indonesia Hindra Gunawan, makin banyak orang yang mengalami trauma bercerita justru membuat dirinya kian takut. “Tubuh manusia pada dasarnya sangat cerdas. Satu kali belajar, dia mampu mengingatnya dengan sangat baik. Karena itu, tubuh memerlukan pelepasan ketegangan, stres akut, dan trauma melalui kecerdasan tubuh,” ungkap Hindra usai media workshop Tension and Trauma Releasing Exercises (TRE) di Jakarta.

Contoh kasus, sambung Hindra, mereka yang menjadi korban bencana alam Palu dan Donggala atau kecelakaan seperti Lion Air JT 610 baru-baru ini terjadi. Lebih lanjut, bahwa para korban ini menyadari bahwa mereka telah mengalami dan bertahan dari peristiwa traumatis, tetapi belum sepenuhnya menyembuhkan luka batin dalam dirinya.

“Kurangnya perhatian terhadap pengalaman tersebut dan dilanjutkan dengan kurangnya penyembuhan adalah hal yang menimbulkan gejala, reaksi, dan perilaku pasca trauma yang disebut Gangguan Stres Pasca Trauma (GSPT),” ujarnya.

Hindra juga mengatakan bahwa manifestasi dari GSPT adalah penyakit psikosomatis, seperti susah tidur, asam lambung meningkat, panic attack, pegal, dan kondisi emosi yang menimbulkan rasa frustasi dan putus asa.

“Kondisi emosi yang tidak stabil ini ditampilkan dengan cara marah berlebihan sehingga merusak dirinya sendiri dan orang lain. Juga ia mengalami putus asa sehingga memutuskan mengakhiri hidupnya,” katanya. Dengan melakukan tre, sambung hindra, tubuh melepaskan stres atau ketegangan itu dengan tremor atau getaran (shaking).

DR David Berceli, Ph.D. menjelaskan lebih lanjut, getaran (shaking) otomatis yang dikontrol sendiri oleh tubuh ini disebut neurogenic muscle tremors (getaran otot yang dipicu dan dikontrol oleh system syaraf). Latihan ini berupa peregangan pada bagian tubuh/otot tertentu yang akan memicu otot bergetar secara otomatis dan alami.

Setelah teknik ini dipelajari maka tubuh sudah melakukan tremor atau shaking yang bisa melepaskan ketegangan, stres dan trauma yang dimiliki tanpa perlu melakukan senam lagi. Oleh karena itu teknik ini juga dikenal dengan Teknik yang revolusioner dalam melepaskan trauma, sederhana dan powerfull.

Generasi O Yang Mudah Kena Penyakit Tidak Menular

Pernahkah Kamu mendengar istilah Generasi O? Atau justru Kamu adalah bagian dari generasi tersebut? Generasi O adalah mereka yang terlalu banyak bekerja (overworked), banyak makan makanan tidak sehat (overeating) dan hidup makin kewalahan (overwhelmed). Dan Masyarakat Asia, termasuk Indonesia, berpotensi menjadi Generasi O.

Riset Sun Life Financial Asia Health Index (2014) mengungkapkan bahwa, populasi Generasi O semakin meningkat seiring dengan gaya hidup masyarakat khususnya generasi muda, yang cenderung menjalani pola hidup tidak teratur, mengabaikan asupan makanan yang baik, jarang olahraga serta mendapat tekanan dari berbagai pihak.

Lebih lanjut, Berdasarkan riset Sun Life Financial Asia Health Index (2016-2017) dalam menyambut Hari Diabetes Sedunia mencatat bahwa, 51 persen generasi muda Indonesia belum rutin berolahraga, sekitar 34 persen tidur kurang dari enam jam per hari, dan 32 persen terbiasa makan makanan yang tidak sehat.

Persentase penduduk Indonesia yang merokok lebih dari satu kali per hari juga cenderung lebih tinggi, dibandingkan dengan negara lain. Jika dibiarkan, semua kondisi tadi tentu dapat memicu berbagai penyakit tidak menular (PTM). Misalnya, diabetes dan penyakit jantung.

Padahal, penyakit tidak menular dapat dicegah dengan mengendalikan berbagai faktor risiko, salah satunya dengan rutin melakukan aktivitas fisik. Artinya, menurut dr. Grace Joselini, meluangkan waktu minimal 30 menit per hari untuk melakukan aktivitas fisik dengan intensitas sedang dapat membantu menjaga kesehatan secara umum.

Sebagai langkah awal, kata dr Grace, olahraga basic seperti jalan cepat, jogging, serta lari dapat dijadikan pilihan tepat. "Selain mudah dilakukan, olahraga lari khususnya, juga bermanfaat untuk meningkatkan stamina, menurunkan risiko mengidap penyakit, meningkatkan metabolisme tubuh, hingga membantu melepaskan hormon endorfin, yang membuat perasaan menjadi lebih rileks," tutur dokter berparas cantik itu.

Lebih jauh, dokter Timnas Sepakbola Wanita Indonesia Asian Games 2018 itu, juga mengungkapkan bahwa, di sisi lain, lari dan gaya hidup sehat tengah menjadi tren tersendiri, yang tentunya baik untuk diterapkan dan perlu diiringi dengan komitmen berkelanjutan.

Sepele Sih, Tapi Bikin Ginjal Rusak

Setiap organ tubuh memiliki peran penting, termasuk ginjal. Jika ginjal rusak, darah akan tersusupi racun limbah dan organ tubuh tak akan berfungsi secara optimal.

Sebagaimana telah diketahui bersama, ginjal berperan menyaring darah, membuang racun tubuh, mengendalikan keseimbangan air, mengatur tekanan darah, menjaga konsentrasi mineral dan elektrolit, serta menghasilkan bentuk aktif vitamin D. Tubuh perlu asupan nutrisi supaya tak merusak ginjal.

Tapi, perhatikan pula asupan yang masuk ke tubuh dan kebiasaan sehari-hari Kamu. Bila tidak, asupan dan kebiasaan Kamu berpotensi merusak ginjal perlahan-lahan. Apa saja?

Jarang minum

Ginjal berfungsi menyaring racun pada darah. Demi performa maksimal, ginjal perlu cairan yang cukup. Jarang minum dapat menurunkan performa ginjal sekaligus merusaknya.

Kurang minum berisiko memicu batu ginjal, dan paling parahnya gagal ginjal. Sebaiknya konsumsi air mineral setidaknya dua liter per hari untuk menjaga kesehatan ginjal.

Asupan Gula Terlalu Banyak

Bukan cuma diabetes, gula juga menjadi dalang di balik kasus gangguan ginjal. Gula berkontribusi pada tekanan darah tinggi, yang merupakan salah satu pemicu penyakit ginjal.

Gula terdapat di berbagai makanan dan minuman, termasuk soda. Dalam beberapa studi, terbukti konsumsi soda berkaitan dengan risiko penyakit ginjal.

Kandungan gula pada soda patut disalahkan. Soda mengandung fruktosa, jenis gula yang lebih manis daripada glukosa.

Terlalu Banyak Mengkonsumsi Garam

Garam atau natrium banyak ditemui pada makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Bagi yang memiliki kecenderungan tekanan darah tinggi atau hipertensi, natrium harus dihindari. Konsumsi garam berlebihan bukan cuma berisiko hipertensi, tapi juga merusak ginjal.

Garam berfungsi menyeimbangkan kadar cairan dalam tubuh dengan memberikan isyarat pada ginjal kapan harus menahan dan buang air. Jika konsumsi garam berlebih, proses ini bisa terganggu.

Ginjal akan mengurangi pengeluaran air ke dalam urine sehingga ada peningkatan volume darah karena retensi air. Beberapa bagian tubuh mengalami edema atau penumpukan cairan di jaringan seperti tangan, lengan, dan kaki.

Konsumsi Alkohol

Satu atau dua gelas minuman beralkohol mungkin masih bisa ditoleransi. Akan tetapi, Kamu akan merusak ginjal kalau terlalu banyak mengonsumsinya.

Konsumsi alkohol berlebih menyebabkan perubahan fungsi ginjal dan menurunkan performanya dalam menyaring racun. Selain itu, alkohol dapat menimbulkan efek dehidrasi pada tubuh. Ginjal pun terkena imbasnya. Dehidrasi mengganggu fungsi normal dari sel-sel organ ginjal.

Kendati para peneliti belum bisa mendeskripsikan bagaimana hal itu memengaruhi kesehatan secara umum, aktivitas fisik berhubungan dengan peningkatan aliran darah dan metabolisme glukosa. Dua hal ini merupakan faktor penting kesehatan ginjal.

Menahan Kencing

Sulit menemukan toilet saat bepergian terpaksa membuat orang menahan kencing. Meski sepele, kebiasaan tersebut bakal berdampak negatif untuk ginjal.

Apabila terjadi terus-menerus, timbul rasa sakit pada ginjal atau kandung kemih. Bahkan, rasa sakit juga muncul saat buang air kecil, serta infeksi saluran kencing.

Dalam beberapa kasus, menahan kencing memberikan kesempatan bakteri berkembang biak. Lebih parah lagi, seseorang dapat mengalami batu ginjal akibat menahan kencing. Banyak studi melaporkan, penyakit ginjal rentan dialami oleh pria di usia produktif.

Kurang Bergerak

Bekerja di depan layar komputer atau laptop memaksa seseorang duduk dalam waktu lama. Jika tidak diimbangi gerak atau berjalan, ginjal rentan rusak.

Ancaman Kesehatan Untuk Kamu yang Kurang Gerak

Malas gerak atau mager memang mengasikan. Berleha-leha depan televisi, duduk bersandar sambi chatting-an atau lihat-lihat medsos, dan lain-lain. Tapi, saat tidak diimbangi dengan kebiasaan olahraga justru bakal berdampak buruk.

Dikatakan dr Grace Joselini, mereka yang tidak membiasakan diri dengan olahraga akan memiliki dampak jangka pendek dan jangka panjang. Dampak jangka pendek dari tidak berolahraga adalah infeksi dan terganggunya stamina tubuh. Bagi mereka yang aktif olahraga, sistem imun akan lebih bagus daripada yang tidak berolahraga dari paparan virus influenza.

"Yang aktif, imun lebih bagus daripada yang tidak. Mau kerja stamina bagus, data absesni (kerja) lebih sedikit," kata dr Grace dalam acara Sun Life Financial Indonesia dalam mengampanyekan "Live Healthier Lives".

Menurut dr Grace, dengan olahraga, suasana hati dan hormon tubuh juga menjadi rileks. Selain itu, pikiran juga menjadi tidak stres dan kacau. Sedangkan dampak jangka panjang dari tidak berolahraga adalah risiko Penyakit Tidak Menular (PTM), seperti Diabetes, Jantung hingga Kanker.

Dokter yang menangani Timnas Wanita Indonesia di Asian Games 2018 ini mencontohkan, orang yang bekerja di kantor dan habiskan waktu lama untuk duduk, setelah dua minggu, dimana dalam sehari duduk selama enam jam tanpa aktivitas dapat meningkatkan lemak jahat pada pembuluh darah.

Lemak jahat lantas membuat plak-plak pada pembuluh darah dan keadannya menumpuk. Apabila plak yang menumpuk di pembuluh darah lepas, bisa menempel di arteri pembuluh darah hingga sebabkan serangan jantung.

Kalau selama setahun, duduk tanpa aktivitas juga bisa sebabkan densitas massa tulang menurun dan kena osteoporosis. Apalagi mereka yang sudah menopause. "Mulai aktif gerak, latihan fisik secara rutin dan terukur. Sederhananya adalah jalan cepat, jogging dan lari," tutur dr Grace.

Bagi dr Grace, lari adalah gerakan paling dasar dalam olahraga. Lari juga menjadi olahraga yang paling sering diusulkan dr Grace pada pasiennya, karena bisa dilakukan sendiri, bersama-sama, murah dan mampu dilakukan siapa saja.

Waktu yang dilakukan untuk berolahraga setiap harinya disarankan selama 30 hingga 60 menit dan bagi pemula bisa dibiasakan olahraga selama 30 menit dalam sehari. "Kalau awal mula, waktu 30 menit bisa 10 menit tapi tiga kali dalam sehari. Nanti meningkat jadi 15 menit jadi dua kali dalam sehari," ucap dokter dengan paras cantik itu.

Comments

Popular Posts